Welcome to ONLINE group, the science society of Purbalingga 1 Senior High School

Sabtu, 17 Juli 2010

Pranata Mangsa Masih Bisa di Baca (Seribu Tahun Lagi)

Beberapa kalangan merasa pesimis pranata mangsa tidak bisa lagi di baca karena perubahan iklim yang kian tidak menentu. Namun sebenarnya pranata mangsa masih bisa dibaca dan seharusnya kita berani menjamin bahwa pranata mangsa akan tetap lestari sampai beribu-ribu tahun kelak.

Pranata Mangsa, pedoman musim, lebih dinilai oleh khalayak sebagai aturan musim yang didasari dari naluri yang di wariskan secara oral oleh para leluhur orang jawa yang belum tentu dimengerti asal-usulnya. Pranata Mangsa dianggap kurang ilmiah oleh orang-orang awam karena pembagian musim yang tertera pada aturannya didasarkan pada fenologi (perilaku hewan serta tumbuhan). Tidak mengherankan jika anggapan Pranata Mangsa tidak bisa di baca lagi pada era ini. Semisal saja untuk mengetahui mangsa kasa ciri-ciri nya sebagai berikut, sejenis belalang masuk ke tanah, daun-daunan berjatuhan. Sedangkan ibaratnya lir sotya (dedaunan) murca saka ngembanan (kayu-kayuan). Kalau kita mencirikan mangsa dengan petunjuk semacam itu tentu akan keblinger dengan keadaan musim yang kian tak tentu pada abad ini. Tidak heran pula jika penulis sekelas Habiburrahman El Shirazy dalam Novel Ketika Cinta Bertasbih buku 2 menganggap pranata mangsa hanya sekedar ilmu titen yang tak bisa di pakai lagi di jaman sekarang atau wartawan sekelas Harian Kompas, Inggried Dwi Wedhaswary, pernah menulis gagasan Ketika Pranata Mangsa Tidak Bisa Lagi di Baca (10/11/09).


Akan tetapi Pranata Mangsa atau yang berarti pedoman musim, jika di cermati lebih dalam, sebenarnya bukan sekedar ilmu tentang naluri yang berdasar titen tetapi ada aspek astronomis yang perlu diketahui oleh khlayak umum. Sehingga Pranata Mangsa akan terus bisa dibaca seribu tahun lagi. Jika kita cermati mengapa mangsa kasa (musim pertama) permulaannya jatuh pada tanggal 22 Juni (sama dengan summer solstice)? Atau mengapa terdapat pola panjang yang sama antara mangsa kesatu dengan keduabelas (43 hari), mangsa kedua dengan kesebelas (23 hari), mangsa ketiga dengan kesepuluh (24 hari), mangsa keempat dengan kesembilan (25 hari), mangsa kelima dengan kedelapan (26 hari), mangsa keenam dengan ketujuh (41 hari)? Jawaban dari semua itu sebenarnya adalah gerak semu tahunan matahari juga dijadikan patokan dalam perhitungan mangsa.

Menurut Marsito, dalam bukunya Kosmografi Ilmu Bintang (1960) Petani-petani jaman dulu mengetahui mangsa lebih kearah mengukur panjang bayangan dirinya dengan ukuran pecak (feet) atau dengan melihat Rasi bintang Waluku. Pada umumnya tinggi orang ada tujuh kali panjang pecaknya (feet). Di Jawa, pada tanggal 22 Juni, panjang bayang orang yang berdiri tegak pada jam 12 siang adalah sepanjang empat pecak, yang kemudian ditandai sebagai permulaan mangsa kasa (summer solstice).

Tiap bulan (mangsa) panjang bayangan akan berkurang satu pecak, sehingga empat bulan lagi panjangnya akan menjadi nol pecak atau dengan kata lain tidak ada bayangan (terjadi pada 10 Oktober disebut juga hari tumbuk). Kemudian bayangan akan beralih arah membujur dari selatan ke utara sampai mencapai panjang dua pecak (akhir mangsa ke-6) pada 22 Desember. Selanjutnya bayangan tiap hari makin pendek, sehingga menjadi nol pecak lagi pada 5 Maret (hari tumbuk), Lalu bayangan membujur ke arah sebaliknya sehingga sekarang dari utara ke selatan lagi dan akan mencapai maximum panjangnya pada 22 Juni yang berarti akhir mangsa sada dan permulaan mangsa kasa.

Skema Bencet Mangsa

Masih menurut Marsito, Di depan rumah-rumah umum seperti Masjid, Balai desa, Lumbung desa dsb. Di samping terdapat jarum matahari, alat petunjuk jam pada siang hari. Terdapat pula alat petunjuk mangsa yang disebut dengan Bencet Mangsa.

Sedangkan teknik membaca mangsa berdasar atas kenampakan Rasi Waluku (Orion) adalah sebagai berikut. Apabila Rasi Waluku terbit pada waktu shubuh, hal ini berarti hari tersebut adalah permulaan mangsa kasa (mangsa pertama). Dengan terbitnya Rasi Waluku merupakan pertanda bagi para petani untuk mempersiapkan bajaknya (waluku-nya). Apabila pada shubuh hari Rasi waluku telah merembang (dekat dengan zenith) maka berarti permulaan mangsa kapat (mangsa labuh / hujan kiriman). Apabila waktu shubuh Rasi Waluku mulai tenggelam berarti permulaan mangsa kapitu (mangsa ketujuh). Pada mangsa kapitu biasanya ditandai dengan musim hujan rendheng. Apabila pada waktu maghrib Rasi Waluku merembang maka pertanda permulaan awal mangsa kasanga (mangsa kesembilan). Apabila pada waktu maghrib Rasi Waluku mulai terbenam maka pertanda awal mangsa desta (mangsa kesebelas). Pada masa ini orang-orang tidak bisa melihat Rasi Waluku, sehingga diartikan sebagai masa selo atau apit. Yang artinya meng-apit waluku-nya (menyimpan bajaknya).

Dengan demikian, Pranata Mangsa pada dasarnya bukanlah mitos atau takhayul. Ia justru merupakan abstraksi ilmiah karena disusun berdasar pengamatan yang seksama terhadap watak dan perilaku alam (empiris) Pranata Mangsa pada dasarnya merefleksikan sikap hidup petani yang manyatu dengan alam (manunggal atau nyawiji). (Ahmad Musthofa Haroen, Suara Merdeka 5/10/08)

Pranata Mangsa tergolong penemuan brilian. Kompleksitasnya tak kalah bobot dari sistem penanggalan yang ditemukan bangsa Mesir Kuno, China, Maya, dan Burma. Lebih-lebih jika dibandingkan dengan model Farming Almanac ala Amerika, Pranata Mangsa jauh lebih maju. Di dalam Pranata Mangsa terdapat pertalian yang mengagumkan antara aspek-aspeknya yang bersifat kosmografis, bioklimatologis yang mendasari kehidupan sosial-ekonomi dan sosial-budaya masyarakat. Pranata Mangsa mencerminkan ontologi menurut konsepsi Jawa serta akhetip alam pikiran Jawa yang dilukiskan dalam berbagai lambang yang berupa watak-watak Mangsa dalam peristilahan kosmologis yang mencerminkan harmoni antara manusia, kosmos, dan realitas (Daldjoeni, Penanggalan Pertanian Jawa Pranata Mangsa, tanpa tahun)

Memang jika secara fenologi Pranata Mangsa tidak bisa lagi dibaca. Tetapi bukan berarti kita menyerah dengan keterbatasan itu. Astronomi bisa menjadi solusi dan kita harusnya jangan diam saja melihat kebudayaan brilian bangsa kita tertelan jaman.

Pranata Mangsa Masih Bisa Di Baca Seribu Tahun Lagi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sponsor

Greenpeace SEA-Indonesia
 

Great Morning ©  Copyright by ONLINE GANESHA | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks